28 Jul 2015

Maya Menari - Daniel Sasongko

(Dibuat di bulan Maret, menjelang ultah Mekar Andaryani Pradipta, dimaksudkan sebagai hadiah, namun beberapa ganjalan dari editor membuatnya baru bisa dimunculkan sekarang. Idenya dari chatting soal merapal kata teritori putri peri)

maya menari
di blog yang di rekat
di tepi hari-hari

diangkatnya kaki
dijejaknya bumi senyari
dikibasnya selendang diantara jari

selendang berwarna nyeri
dan kebasan yang sepi

mengiris cat dinding
dan kelupas luka di jari

cat kuku
dan selendang warna biru

ketika tanganmu mengepak
ada yang siap kau lepas

banyak kata yang tercekat
berkejaran dengan langkahmu yang rikat

meruap dan tersesat
ditepitepi teritorimu

adakah kau rapalkan mantra?
bibirmu komatkamit bicara

       teritori putri peri
       teritori putri peri

tetaplah di sini
please stay, kau tak boleh pergi


Magelang, Maret-Juni 2011



Puisi ini hadiah dari sahabat sekaligus abang, Daniel Sasongko, saat saya berulang tahun ke-25. Dia adalah laki-laki rembulan, seperti arti nama belakangnya. Pembawaannya tenang, pecandu kopi dan penikmat puisi.

Mas Dani adalah sedikit orang dengan siapa saya bisa bicara tentang puisi. Tidak terhitung betapa seringnya kami saling memberi semangat agar tak berhenti mencari inspirasi. Tapi, tidak hanya puisi, kami juga banyak bicara tentang jazz, buku-buku, dan film-film sendu. Kalau dirunut, dalam setiap pembicaraan kami selalu muncul topik tentang rubrik sastra di kompas Minggu dan trilogi Before Sunrise - Before Sunset - Before Midnight.

Puisi yang dia buat selama ini kadang gelap, kadang temaram, tapi menenangkan.

Puisi Maya Menari ini bukan puisi pertama yang dia buat untuk saya. Tapi saya sepertinya harus membongkar kamar untuk menemukan buku kumpulan puisinya dan menuliskan puisi-puisi lain yang pernah ia tulis untuk saya. 

No comments:

Post a Comment